Type Here to Get Search Results !

 


BIOGRAFI IMAM ABU DAWUD

Mengenal Ibnu Abi Dawud rahimahullah

Oleh: Ari Wahyudi, S.Si. 

Bismillah.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa mengenali para ulama akan memberi pengaruh besar bagi seorang muslim. Karena seorang muslim wajib beribadah kepada Allah dengan landasan ilmu dan petunjuk. Maka, mengenali para ulama sang pembawa ilmu akan lebih mendorong dan memotivasi kita dalam belajar dan mendalami Islam.

Salah satu di antara ulama terdahulu yang patut dijadikan teladan dan panutan oleh kaum muslimin adalah seorang ulama yang bernama Abdullah bin Sulaiman bin al-Asy’ats yang lebih terkenal dengan sebutan Ibnu Abi Dawud. Hal itu disebabkan beliau adalah anak dari seorang ulama hadits yang populer yaitu Imam Abu Dawud sang penulis Sunan Abu Dawud.

Perjalanan menuntut ilmu

Ibnu Abi Dawud lahir di daerah Sijistan pada tahun 230 H. Sejak belia, Allah telah berikan taufik kepadanya untuk menimba ilmu agama. Beliau menceritakan, “Pertama kali aku ikut menulis hadits pada tahun 241 H dari Muhammad bin Aslam ath-Thusi. Hal itu terjadi di daerah Thus. Beliau adalah seorang yang salih. Ayahku -Abu Dawud- merasa senang mengetahui bahwa aku menulis hadits darinya. Beliau pun berkata kepadaku, “Pertama kali kamu menulis hadits ini adalah dari seorang lelaki yang salih.”.”

Ibnu Abi Dawud juga menuturkan, “Aku pun sempat melihat jenazah Ishaq bin Rahawaih -beliau adalah ulama ahli hadits besar salah satu guru dari Imam Bukhari- dan beliau, yaitu Ishaq bin Rahawaih, meninggal pada tahun 238 H. Sedangkan aku ketika itu bersama dengan anaknya belajar di sekolah/madrasah kuttab.”

Ayahnya -yaitu Imam Abu Dawud- pun mengirim putranya itu untuk menimba ilmu ke berbagai wilayah dari Sijistan untuk mengembara ke daerah timur dan barat. Dan beliau pun mengajak putranya itu untuk mendengar hadits dari para ulama di masanya. Sehingga beliau pun ikut hadir dalam majelis para ulama hadits di Khurasan, Ashbahan, Naisabur, Bashrah, Baghdad, Kufah, Mekkah, Madinah, Syam, Mesir dan yang lainnya hingga menetap di Baghdad.

Guru dan murid beliau

Ibnu Abi Dawud adalah seorang yang sangat bercita-cita tinggi dalam mencari ilmu semenjak usia belia. Beliau mendengar hadits dari para ulama di antaranya:

    Ishaq bin Manshur al-Kusaj

    Muhammad bin Yahya adz-Dzuhli -salah satu guru dan rekan Imam Bukhari-

    Muhammad bin Basyar Bundar

    Muhammad bin al-Mutsanna

    Ya’qub ad-Dauraqi, dan lain-lain

Adapun murid-muridnya adalah para penimba ilmu tulen yang kemudian tumbuh menjadi para ulama rujukan, di antaranya adalah :

    Abu Bakr asy-Syafi’i

    Imam ad-Daruquthni

    Imam Abdurrahman bin Abi Hatim

    Imam al-Ajurri

    Imam Ibnu Baththah, dan lain-lain 

LUlama pembela aqidah ahlus sunnah

Ibnu Abi Dawud yang juga dikenal dengan panggilan Abu Bakr bin Dawud adalah salah satu ulama pemuka dan pembela Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Beliau sosok yang mengikuti dan berpegang teguh dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, walaupun secara fikih furu’ beliau adalah seorang penganut madzhab Hambali. Namun dalam hal pokok-pokok agama beliau konsisten mengikuti jalan Ahlus Sunnah sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal, yang terkenal dengan julukan Imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Walaupun sebutan ini tidak berarti hanya Imam Ahmad yang menjadi satu-satunya tokoh pemuka Ahlus Sunnah. Karena pada hakikatnya, Ahlus Sunnah adalah para pengikut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya. Dan di antara para ulama Ahlus Sunnah yang terkenal adalah para imam yang empat; Abu Hanifah, Malik, Syafi’i dan Ahmad, semoga Allah merahmati mereka semuanya.   

Imam Ibnu Abi Dawud adalah seorang panutan dalam aqidah dan manhaj Islam. Beliau memiliki kemuliaan akhlak dan ketegasan sikap terhadap kaum yang menyimpang. Beliau pernah mengatakan, “Semua orang yang pernah menceritakan keburukan atau menggunjing diriku maka dia telah aku maafkan kecuali orang yang menuduhku membenci Ali bin Abi Thalib.” Hal ini karena ada sebagian orang yang menuduh beliau membenci Ahlul Bait, padahal itu adalah kedustaan.

Beliau telah menyusun sebuah sajak atau pantun manzhumah yang menjadi rujukan para ulama sesudahnya dalam memaparkan Aqidah Islam. Kitab itu terkenal dengan nama Manzhumah Haa-iyah. Disebut dengan “Haa-iyah” karena akhir dari setiap baitnya diakhiri dengan huruf haa’ (tipis). Karena saking berpegang teguhnya dengan dalil dan pemuliaannya kepada para ulama maka sebagian ulama Syafi’iyah pun memasukkan beliau dalam kelompok ulama pembela madzhab Syafi’I, sementara sebagian ulama lain memasukkan beliau dalam jajaran ulama pembela madzhab Hambali. Dan hal ini menunjukkan kedudukan beliau yang tinggi di hadapan para ulama.

Pujian para ulama

Para ulama memuji dan memuliakan Abu Bakr bin Dawud. Berikut ini di antara pujian dan penghormatan mereka kepada sosok ulama ini :

    Abu Abdirahman as-Sulami berkata : Aku bertanya kepada ad-Daruquthni mengenai Abu Bakr bin Dawud. Maka beliau mengatakan, “Dia adalah orang tsiqah/terpercaya.”

    Al-Hafizh Abu Muhammad al-Khallal berkata : “Ibnu Abi Dawud adalah seorang imam penduduk Iraq, bahkan penguasa pada saat itu telah memberikan untuknya mimbar khusus untuk berbicara dan memberikan pelajaran …” 

    Al-Khatib al-Baghdadi berkata : “Beliau adalah seorang fakih/ahli agama, alim, dan hafizh/penghafal hadits yang handal.”

    Imam adz-Dzahabi berkata : “Beliau termasuk pembesar ulama kaum muslimin dan tergolong hafizh/juru hafal hadits yang paling tsiqah/kredibel.”

Beliau wafat pada tahun 316 H dan meninggalkan delapan orang anak. Semoga Allah merahmati belliau dan membalas kebaikannya terhadap kaum muslimin dengan ilmu yang telah beliau ajarkan dan faidah yang beliau curahkan. 

Di antara bukti ketinggian karya beliau yaitu Manzhumah Haa-iyah ini adalah para ulama pun mengupas faidah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya, di antaranya adalah :

    Ulama besar Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah dalam pelajaran yang diadakan di masjid Pangeran Mut’ib bin Abdul Aziz di kota Riyadh, Saudi Arabia

    Ulama besar Syaikh Abdul Karim al-Khudhair hafizhahullah

    Syaikh Abdurrazzaq al-Badr hafizhahullah, dan lain-lain

Demikian sedikit kumpulan faidah yang kami rangkum untuk menggambarkan kepada kita tentang kemuliaan Imam Ibnu Abi Dawud. Semoga bisa menjadi inspirasi dan penyemangat bagi para penimba ilmu dalam menempuh perjuangan di jalan ilmu dan amal. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Ari Wahyudi, S.Si

____

Referensi :

    Tarjamah Shohibul Manzhumah, dalam Syarh al-Manzhumah al-Haa-iyah karya Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah hal. 11-18. Kitab bisa diunduh dari : https://islamhouse.com/ar/books/233543/

    Website Syaikh Abdul Karim al-Khudhair di tautan : https://shkhudheir.com/section/1905172034

    Website Syaikh Abdurrazzaq al-Badr di tautan : https://al-badr.net/sub/26

Sumber: https://muslim.or.id/

Kisah Imam Abu Dawud : Membeli Surga dengan 1 Dirham

Oleh : Al Ustadz Abu Amr As Sidawy

Sunan Abu Dawud, siapa yang tidak kenal kitab ini? Kitab yang disusun untuk mengulas pembahasan hadis-hadis Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dengan urutan bab-bab fikih. Kitab ini termasuk di antara enam kitab induk yang menjadi rujukan dalam membahas hadis.

Semua kalangan pasti kenal kitab ini. Tentunya ketenaran kitab ini tidak lepas dari sosok penyusunnya. Ya, beliau adalah Al Imam Sulaiman bin Al Asy'ats As Sijistaany yang lebih dikenal dengan kunyahnya Al Imam Abu Dawud rahimahullah.

Beliau lahir pada tahun 202 H. Beliau dikenal akan keilmuan dan ketakwaannya. Beliau menjadi rujukan umat di masanya. Beliau memiliki pengetahuan yang luas dalam berbagai macam bidang ilmu. Para ulama di masa itu banyak memberikan pujian untuk beliau. Bahkan Imam Ahmad bin Hambal, tokoh mazhab Hambali pernah meriwayatkan satu hadis dari Imam Abu Dawud.

Imam Abu Bakar Al Khallal rahimahullah, salah seorang imam di masa itu pernah berkata tentang Al Imam Abu Dawud, "Abu Dawud adalah seorang imam yang sangat menonjol di masanya. Tidak ada satupun di masa itu yang mengungguli keilmuannya. Beliau adalah imam yang sangat bertakwa dan taat."

Apakah Anda pernah mendengar istilah "Jihbidz"? Ya, itu adalah gelar bagi para ulama pakar hadis yang memiliki kemampuan khusus dalam hal menilai kesalahan-kesalahan hadis yang sangat samar. Ulama hadis sangatlah banyak, namun tidak semua memiliki kemampuan untuk bisa mengetahui penyakit hadis yang sangat samar. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu.

Dan ternyata kemampuan itu dimiliki oleh Al Imam Abu Dawud rahimahullah. Hal itu sangat nampak dari pujian para ulama yang diberikan kepada beliau. Berkata Ahmad bin Muhammad bin Yaasiin rahimahullah, "Abu Dawud adalah penjaga Islam yang sangat mengerti hadis Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, baik dari sisi sanad maupun penyakit-penyakitnya. Beliau adalah imam yang sangat rajin dalam beribadah. Sangat menjaga kehormatan diri. Imam yang saleh dan bertakwa. Pakarnya ilmu hadis."

Ketika beliau menyusun kitab sunannya, semua kalangan menerima kitab tersebut. Bahkan mereka mengakui bagaimanakah keilmuan beliau dengan kitab itu. Berkata Muhammad bin Ishaq Ash Shaaghaani dan Ibrahim Al Harbi, "Ketika Abu Dawud menyusun kitab sunannya, seakan hadis ditundukkan untuk beliau. Sebagaimana besi ditundukkan untuk Nabi Dawud 'alaihis salam."

Berkata Muhammad bin Makhlad rahimahullah, "Ketika beliau menyusun kitab sunannya, beliau membacakannya kepada umat manusia. Para ulama hadis menganggap kitab beliau seperti mushaf. Mereka mengikutinya dan tidak menyelisihinya. Semua orang di masa beliau mengakui hafalan dan keunggulan beliau."

Suatu hari Sahl bin Abdillah Attustary datang mengunjungi Imam Abu Dawud. Seseorang berkata, “Wahai Abu Dawud, Sahl datang menemuimu.” Maka beliau pun menyambutnya dengan hangat dan meminta beliau untuk duduk bersamanya.

Sahl berkata, “Wahai Abu Dawud, aku memiliki kebutuhan denganmu.”

“Apa itu?” Tanya Abu Dawud.

“Engkau harus berjanji akan memenuhinya.” Tegas Sahl.

“Ya.” Jawab Abu Dawud.

“Keluarkan lisanmu yang engkau gunakan untuk membaca hadis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, aku ingin menciumnya.” Pinta Sahl. Beliau pun mengeluarkan lisannya dan Sahl pun menciumnya.

Subhaanallah, begitulah sikap hormat para ulama di masa itu kepada para pembawa hadis-hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Hingga ada sebagian yang berlebihan dalam memuji beliau sampai mengatakan, “Abu Dawud diciptakan di dunia untuk mengkhidmat hadis. Dan diciptakan di akhirat untuk surga.”

Beliau juga memiliki sikap adil dan ketegasan. Abu Bakar bin Jabir pembantu Abu Dawud pernah bercerita, “Suatu hari aku pernah bersama Abu Dawud di Kota Baghdad. Kami salat Maghrib di sana. Setelah itu datanglah Abu Ahmad Al Muwaffaq seorang amir (gubernur). Abu Dawud menyambutnya dan berkata, “Tidak biasanya seorang amir datang di waktu seperti ini.”

Dia menjawab, “Aku datang dengan membawa tiga hal.”

“Apa itu?” Tanya Abu Dawud.

Sang amir berkata, “Engkau harus pindah ke Bashrah dan tinggallah di sana. Agar para pencari ilmu datang berguru kepadamu. Sehingga Kota Bashrah menjadi kembali makmur. Karena Bashrah sekarang hancur dan ditinggal oleh manusia, setelah terjadi fitnah besar di sana.”

“Ini yang pertama.” Tanggap Abu Dawud.

Sang amir berkata lagi, “Aku minta engkau membacakan kitab sunanmu untuk anak-anakku.”

“Ya, sebutkan yang ketiga!”

Sang amir berkata, “Aku memintamu untuk mengajari mereka secara khusus. Karena anak-anak khalifah tidak bisa duduk bersama orang-orang umum.”

Dengan tegas Abu Dawud menolak dan berkata, “Kalau ini aku tidak bisa mengabulkannya. Semua manusia sama dalam hal mencari ilmu.” Anak-anak sang amir akhirnya hadir di majelis Abu Dawud, mereka duduk dengan memakai baju yang melingkar dan memiliki penutup. Mereka duduk dengan masyarakat umum yang lain. MasyaAllah, begitulah ilmu mengangkat derajat pemiliknya.

Ada sebuah kisah yang sangat menakjubkan dari beliau. Sebagai bukti akan ketakwaan beliau dan ketaatan beliau dalam menjalankan sunnah dan ibadah. Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah penulis kitab Fathul Baari berkata, “Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dengan sanad yang baik dari Abu Dawud rahimahullah penyusun kitab Sunan. Suatu hari beliau (Abu Dawud) sedang naik kapal. Tiba-tiba beliau mendengar seseorang bersin di seberang dermaga, kemudian orang ini membaca Alhamdulillah. Segera Abu Dawud menyewa sampan kecil dengan tarif satu dirham. Beliau mendayungnya hingga menghampiri lelaki tadi, kemudian beliau membaca, ‘yarhamukallah.’ Setelah itu beliau kembali ke tempat semula.

Beliau ditanya mengapa bersusah payah menyewa sampan kecil hanya untuk menanggapi orang yang bersin. Beliau menjawab, “Siapa tahu orang tadi memiliki doa yang dikabulkan.”

Maksud beliau ketika dia berdoa untuk Abu Dawud, harapan beliau Allah mengabulkannya. Ketika waktu malam tiba, semua penduduk kapal tertidur. Tiba-tiba mereka mendengar seseorang berkata, “Wahai penghuni kapal, sungguh Abu Dawud telah membeli surga dari Allah dengan satu dirham.”

MasyaAllah, alangkah semangatnya beliau dalam beribadah kepada Allah, bahkan dengan hal yang remeh sekalipun beliau berupaya untuk bisa menjalankannya. Semoga Allah merahmati beliau.

Beliau meninggal pada tanggal enam belas bulan Syawwal tahun dua ratus tujuh puluh lima. Semoga Allah merahmati beliau. Kita memohon kepada Allah taufik dan hidayah untuk bisa meniru dan meniti jejak ulama kita dalam membela sunnah, menyebarkannya, dan mendakwahkannya. Amin.

Disadur dari kitab Siyar A’laamun Nubala’ karya Al Hafizh Adz Dzahabi dan dari kitab Karaamaatul Auliya karya Abdur Raqib Al Ibbi.

Sumber: https://www.atsar.id/